Mengenai Saya

Foto saya
Kesempurnaan itu hanya miik-Nya,sepanjang kita bisa meyakini dan mengartikan kesempurnaan itu dalam hati dan jiwa kita, itulah sebenarnya makna tertinggi kesempurnaan, kesempurnaan tidak lain adalah keikhlasan.

Contact Person

Jumat, Agustus 07, 2009

"Sepatu Kesayanganku" Teguran Tuk Beramal Sholeh

Lafadz tersebut mudah untuk diucapkan, namun sangat susah untuk diamalkan baik dalam hati maupun dalam perbuatan. Sekelumit kisah ini mudah-mudahan menggugah kalbuku dan semua yang membacanya untuk merenungkan kembali akan makna yang sangat dalam yang terkandung di dalamnya dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.


Jum'at tanggal 7 Agustus 2009, menginjak hari ke-14 aku melaksanakan tugas di Provinsi Kalimantan Timur. Jam tanganku sudah menunjukkan waktu 12.10 Wita. Sebagai seorang muslim aku harus bergegas tunaikan kewajiban sholat jum'at.

Bersama 3 temanku, kami berjalan menuju masjid yang tidak jauh dari kompleks perkantoran Provinsi Kaltim. Lima menit kami berjalan dibawah sengatan matahari, sampailah kami di rumah Allah SWT. Begitu kami selesai melepas sepatu, ada seseorang menegur. Aku tidak mengenalnya, tetapi dia mengenalku. Pembicaraan berlangsung cukup waktu, ternyata dia seorang AKP dari POLDA Balikpapan yang pernah mengawal kami sewaktu meakukan pemeriksaan di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Kumandang azdan bergema, aku bergegas mengambil air wudlu dan kemudian menunaikan sholat sunnah tahiyatul masjid sebanyak dua reka'at. Sang khotib, memberikan nasehat amal dan kematian, membuatku terhenyak dan teringat akan sifat manusia yang tak kekal. Semakin dalam kuhanyut dalam teguran lirih bahasa hati dari ukiran ayat-ayat suci, bahwa kematian siap menjemput kapan saja. Semua itu mengingatkanku akan sosok almarhumah ibuku tercinta dan ayahandaku tercinta, yang telah mendahului kami berpulang kehadirat-Nya. Seolah tak kuasa menahan tetes air mata yang telah mengembang dalam pelupuk mata.

Terbayang oleh diriku betapa beliau berdua sosok yang sangat bersahaja. Belum sempat rasanya diri ini berbuat banyak untuk beliau. Belum sempat rasanya diri ini berbakti sepenuh hati untuk sisa masa hidupnya. Diri ini terlalu sibuk dengan urusan duniawi diri sendiri. Rasa sesal hinggap diseluruh denyut nadi dan rasa jiwaku. Bayang senyum, nasehat, contoh diri beliau slalu berkesan dan menjadi panutan diri ini. Andai Allah SWT, mengizinkan dan memberi keempatan barang sehari saja untuk mengembalikan beliau kesisi ini, sungguh kami sangat bersyukur tiada tara. Namun semua itu tak akan kembali kecuali karena izin-Nya.

Do'a penutup khutbah mengembalikan kesadaran akan pijakanku. Iqomah dikumandangkan, pertanda sholat jum'at akan dilaksanakan. Semua berdiri merapatkan barisan layaknya tentara yang sedang berbaris rapi untuk menyambut perang. Begitu takbir dilafadzkan sang imam, kekhusuyu'an kembali hinggapi kami semua. Dua reka'at sudah kami laksanakan. Dzikir dan do'a berharap ampunan-Nya, kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat berhembus dari dalam kalbu ini.

Kaki ini melangkah dari tempatku bersimpuh menuju tempatku menaruh sepatu. Sungguh indah pemandangan yang kudapatkan, sepatu kesayanganku raib. Aku sempat mengira teman-temanku yang iseng menyembunyikan, namun begitu aku sadar bahwa mereka tidak menyembunyikan, maka aku kembalikan semuanya kepada Allah SWT. Ini adalah hikmah yang tiada terkira. sbuah teguran bahwa kita harus beramal sholeh. Aku bersyukur kehadirat-Nya, bahwa tidak ada sesal dalam kalbu ini, tetapi rasa syukur alhamdulillah bahwa diriku telah ditegur untuk kembali mengingat bahwa sebagian harta ini adalah milik dan hak orang lain.

Jama'ah masjid menegur diriku, bahwa karena tidak mengindahkan peringatan untuk tidak menempatkan sepatu sembarangan, akhirnya sepatuku raib. Semua itu kukembalikan pada-Nya dan pada sunnah-Nya. Semua yang diciptakan manusia pasti musnah dan fana, layaknya sebuah pelajaran hidup dari sang khotib bahwa yang bernyawa pasti akan kembali kepada-Nya. Diri ini hanyaberharap bahwa sepatu kesayanganku bisa berguna dan bermanfaat bagi orang yang mengambilnya dan diri ini diberikan keikhlasan lahir batin untuk menjadikan sepatu kesayanganku tersebut sebagai sarana beramal.

Rosulullah SAW mencontohkan bahwa barang yang sangat beliau sayangi diminta sahabat dan beliau berikan dengan lapang dan ikhlas. Mudah-mudahan itu semua bisa menjadi jalan kecil untuk berittiba' kepada Rosulullah SAW.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Semua ini hanya titipan Allah...semua akan kembali pada Nya...