
Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai semua orang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana puasa pernah diwajibkan kepada umat sebelum kamu, semoga kamu terpelihara” (Al Baqarah 183).
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (Al Baqarah : 185)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai semua orang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana puasa pernah diwajibkan kepada umat sebelum kamu, semoga kamu terpelihara” (Al Baqarah 183).
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (Al Baqarah : 185)
Begitu cepat waktu berlalu, tanpa terasa Ramadhan kembali akan kita jelang. Sungguh cepat rasanya perjalanan masa meskipun setahun tak pernah kurang dari 12 bulan. Demikian memang waktu terus berjalan, bergerak dan berputar sesuai dengan porosnya, mengikuti sunnatullah yang tidak bisa dihentikan, kecuali Allah semata. Perjalanan hidup manusia di dunia merupakan waktu yang terus berjalan, dan kelak nanti akan ada pertanggungjawaban di akhirat, untuk apa waktu yang disediakan dalam hidup dipergunakan? Sungguh beruntung insan yang masih dipertemukan dengan bulan Suci ini dengan penuh harap akan ridlo dan ampunan-Nya. Sungguh merugi orang yang tidak dapat bertemu kembali bulan Suci ini karena sudah terbujur kaku dalam ruangan gelap yang tidak ada teman dan pelindung kecuali Allah SWT. Sungguh merugi orang yang bertemu kembali dengan bulan ini, namun tidak menjalankan apa yang seharusnya menjadi kewajiban di dalamnya.
Allah SWT banyak bersumpah dalam kitab-Nya dengan menggunakan waktu; seperti yang banyak termaktub dalam Juz 30, disitu Allah bersumpah dengan waktu-waktu yang biasa demi dilalui oleh manusia. secara umum Allah menyebutkan; Demi masa (surat Al-Asr), dan secara khusus Allah menyebutkan demi waktu Fajar (surat Al-Fajr), Demi waktu Dhuha (surat Ad-Dhuha), demi waktu malam dan demi waktu siang (surat Al-Lail) dan lain-lainnya.. Tentunya sumpah tersebut mengisyaratkan akan pentingnya waktu yang harus diperhatikan oleh manusia dan kesempatan emas untuk dipergunakan sebaik-baiknya sehingga tidak menjadi orang yang merugi.
Allah SWT berfirman:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Asr:1-3)
Dan dalam ayat lainnya Allah juga berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Al-Mulk:2)
Jadi inti dari terhindar dari kerugian terhadap waktu yang disediakan adalan iman dan amal salih.
Dan Allah mempergilirkan kehidupan ini, malam menjadi terang dan hidup menjadi kematian demikian pula sebaliknya, semata-mata untuk melihat siapa yang dapat mengambil pelajaran atas kejadian tersebut guna mendapatkan ridha dari Allah SWT.
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ
“Dan masa itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’”. (Ali Imran:140)
Dengan bertemunya kembali dengan bulan Ramadhan ini semoga semua kita dapat berpuasa sesuai dengan perintah Allah, dan menjadikannya waktu dan kesempatan berharga untuk memperbanyak ibadah, amal shalih dan aktivitas lainnya untuk mendapatkan rihda Allah SWT.
Kita tentunya merindukan kehadiran bulan Ramadhan sebagaimana rindunya Rasulullah SAW dengan bulan ini. Kita tentunya bahagia dengan hadirnya bulan Ramadhan sebagaimana Rasulullah saw bahagia menyambut bulan ini. Begitupun tentunya kita sangat senang dengan bulan Ramadhan yang kita jelang, sebagaimana Rasulullah saw sangat senang ketika bulan Ramadhan akan dijelang. Oleh karena itulah, sejak bulan Rajab, Nabi saw mulai banyak membaca doa :
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانٍ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah berkahilah hidup kami di bulan Rajab dan Syakban dan sampaikanlah usia kami hingga bulan ramadhan”.
Dan ketika menyambut terbitnya bulan sabit saat memasuki bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW berdoa pula :
اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَم رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُ هِلاَلَ رُشْدٍ وَخَيْرٍ
“Ya Allah, terbitkanlah (dan tampakkanlah) hilal kepada kami (diiringi) dengan keberkahan dan keimanan serta keselamatan dan keislaman, (jadikanlah dia) sebagai hilal kebaikan dan petunjuk, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Alloh.” (At-Tarmidzi (9/142), imam Ahmad (1/162), Ad-Darimi (2/7) dan lain-lain, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Al-Wabilush Shayyib, hal. 220).
Selama Ramadhan, Rasulullah SAW senantiasa memperbanyak ibadah dan amal kebajikan, termasuk infak, sedekah dan menyantuni fakir miskin. Dengan demikian, Ramadhan membawa berkah berupa peningkatan nilai keislaman, kekuatan iman dan keamanan, serta merebaknya kedermawanan.
Bulan Ramadhan dengan banyak keistimewaannya telah banyak kita dengar dan ketahui, nama yang tidak asing bagi umat Islam. Sayyidus suhur (penghulu bulan-bulan) adalah merupakan julukan yang sangat indah, bulan nuzulul Quran, bulan tarbiyah, bulan tarqiyah (peningkatan) taqwa dan amal ibadah, sebagaimana bulan ini memiliki banyak gelar sesuai dengan fungsi dan peranannya. Antara lain : Syahrul barakah (bulan penuh kenikmatan dan limpahan karunia), Syahrul Najah (bulan kemenanga dan pelepasan dari azab neraka), Syahrul Juud (bulan kemurahan), Syahrul Muwasah (bulan kepedulian dan memberi pertolongan kepada yang membutuhkan), Syahrul Rahmah (bulan penuh rahmat Allah), dan julukan-julukan indah lainnya.
Karena itulah agar puasa tidak sia-sia, sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, maka hendaknya melakukan persiapan diri dengan cara :
1. Persiapan Ruhiyah; dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas.
2. Persiapan Fikriyah; melalui pembekalan diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah dan ibadah di bulan Ramadhan.
3. Pesiapan Jasadiyah; dengan menjaga kesehatan badan, menciptakan kebersihan lingkungan serta mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan teratur.
4. Maliyah; dengan menyiapkan diri menabung dan menyisihkan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar kepada orang lain dan membantu orang yang membutuhkan.
Agar kelak menjadi hamba rabbani baik qobla (sebelum), atsna’a (pada saat) dan ba’da (setelah) ramadhan.
Namun menjadi hamba robbani tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan, perlu waktu, tenaga dan usaha terutama ilmu dan pengetahuan, karena setiap amal ibadah harus dilandasi dengan ilmu pengetahuan agar tidak terjerumus pada taklid, karena itu pula Allah SWT berfirman :
وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
“… Namun jadilah kalian hamba Robbani, terhadap apa yang telah kalian pelajari dari kitab Al-Quran dan dari apa yang telah kalian kaji”. (Ali Imran:79)
Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda:Allah telah berfirman: Semua amal kelakuan anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali puasa, maka itu melulu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Dan puasa, janganlah berkata keji atau beribut-ribut, dan kalau seorang mencaci-maki padanya,atau mengajak berkelahi maka hendaknya dikatakan padanya: Aku berpuasa. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa bagi Allah lebih harum dari bau misik (kasturi). Dan untuk orang puasa dua kali masa gembira,yaitu ketika akan berbuka puasa, dan ketika ia menghadap kepada Tuhan akan gembira benar, menerima pahala puasa (Bukhari, Muslim).
Rasulullah saw bersabda :
لَوْ تَعْلَمُ أُمَّتِي مَا فِي رَمَضَانَ مِنْ خَيْرٍ لَتَمَنَّوْا السَّنَةَ كُلِّهَا رَمَضَانَ
”Andaikan umatku mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus.” (HR. Ibnu Khuzaimah).
تُفَتَّحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغَلَّقُ أَبْوَابُ النَّارِ، وَيُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، وَيُنَادِي فِيهِ مُنَادٍ كُلَّ لَيْلَةٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ هَلُمَّ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ اقْتَصِرْ
“Bulan Ramadhan; di dalamnya pintu surga dibuka, pintu neraka di tutup dan syaitan-syaitan dibelenggu, di dalamnya pada setiap malamnya ada seruan; wahai para pencari kebaikan marilah kemari, dan wahai para pelaku kejahatan berhentilah”. (Thabrani)
“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”. (Ali Imran:8)....(Bersambung)
Allah SWT banyak bersumpah dalam kitab-Nya dengan menggunakan waktu; seperti yang banyak termaktub dalam Juz 30, disitu Allah bersumpah dengan waktu-waktu yang biasa demi dilalui oleh manusia. secara umum Allah menyebutkan; Demi masa (surat Al-Asr), dan secara khusus Allah menyebutkan demi waktu Fajar (surat Al-Fajr), Demi waktu Dhuha (surat Ad-Dhuha), demi waktu malam dan demi waktu siang (surat Al-Lail) dan lain-lainnya.. Tentunya sumpah tersebut mengisyaratkan akan pentingnya waktu yang harus diperhatikan oleh manusia dan kesempatan emas untuk dipergunakan sebaik-baiknya sehingga tidak menjadi orang yang merugi.
Allah SWT berfirman:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Asr:1-3)
Dan dalam ayat lainnya Allah juga berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Al-Mulk:2)
Jadi inti dari terhindar dari kerugian terhadap waktu yang disediakan adalan iman dan amal salih.
Dan Allah mempergilirkan kehidupan ini, malam menjadi terang dan hidup menjadi kematian demikian pula sebaliknya, semata-mata untuk melihat siapa yang dapat mengambil pelajaran atas kejadian tersebut guna mendapatkan ridha dari Allah SWT.
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ
“Dan masa itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’”. (Ali Imran:140)
Dengan bertemunya kembali dengan bulan Ramadhan ini semoga semua kita dapat berpuasa sesuai dengan perintah Allah, dan menjadikannya waktu dan kesempatan berharga untuk memperbanyak ibadah, amal shalih dan aktivitas lainnya untuk mendapatkan rihda Allah SWT.
Kita tentunya merindukan kehadiran bulan Ramadhan sebagaimana rindunya Rasulullah SAW dengan bulan ini. Kita tentunya bahagia dengan hadirnya bulan Ramadhan sebagaimana Rasulullah saw bahagia menyambut bulan ini. Begitupun tentunya kita sangat senang dengan bulan Ramadhan yang kita jelang, sebagaimana Rasulullah saw sangat senang ketika bulan Ramadhan akan dijelang. Oleh karena itulah, sejak bulan Rajab, Nabi saw mulai banyak membaca doa :
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانٍ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah berkahilah hidup kami di bulan Rajab dan Syakban dan sampaikanlah usia kami hingga bulan ramadhan”.
Dan ketika menyambut terbitnya bulan sabit saat memasuki bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW berdoa pula :
اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَم رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُ هِلاَلَ رُشْدٍ وَخَيْرٍ
“Ya Allah, terbitkanlah (dan tampakkanlah) hilal kepada kami (diiringi) dengan keberkahan dan keimanan serta keselamatan dan keislaman, (jadikanlah dia) sebagai hilal kebaikan dan petunjuk, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Alloh.” (At-Tarmidzi (9/142), imam Ahmad (1/162), Ad-Darimi (2/7) dan lain-lain, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Al-Wabilush Shayyib, hal. 220).
Selama Ramadhan, Rasulullah SAW senantiasa memperbanyak ibadah dan amal kebajikan, termasuk infak, sedekah dan menyantuni fakir miskin. Dengan demikian, Ramadhan membawa berkah berupa peningkatan nilai keislaman, kekuatan iman dan keamanan, serta merebaknya kedermawanan.
Bulan Ramadhan dengan banyak keistimewaannya telah banyak kita dengar dan ketahui, nama yang tidak asing bagi umat Islam. Sayyidus suhur (penghulu bulan-bulan) adalah merupakan julukan yang sangat indah, bulan nuzulul Quran, bulan tarbiyah, bulan tarqiyah (peningkatan) taqwa dan amal ibadah, sebagaimana bulan ini memiliki banyak gelar sesuai dengan fungsi dan peranannya. Antara lain : Syahrul barakah (bulan penuh kenikmatan dan limpahan karunia), Syahrul Najah (bulan kemenanga dan pelepasan dari azab neraka), Syahrul Juud (bulan kemurahan), Syahrul Muwasah (bulan kepedulian dan memberi pertolongan kepada yang membutuhkan), Syahrul Rahmah (bulan penuh rahmat Allah), dan julukan-julukan indah lainnya.
Karena itulah agar puasa tidak sia-sia, sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, maka hendaknya melakukan persiapan diri dengan cara :
1. Persiapan Ruhiyah; dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas.
2. Persiapan Fikriyah; melalui pembekalan diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah dan ibadah di bulan Ramadhan.
3. Pesiapan Jasadiyah; dengan menjaga kesehatan badan, menciptakan kebersihan lingkungan serta mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan teratur.
4. Maliyah; dengan menyiapkan diri menabung dan menyisihkan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar kepada orang lain dan membantu orang yang membutuhkan.
Agar kelak menjadi hamba rabbani baik qobla (sebelum), atsna’a (pada saat) dan ba’da (setelah) ramadhan.
Namun menjadi hamba robbani tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan, perlu waktu, tenaga dan usaha terutama ilmu dan pengetahuan, karena setiap amal ibadah harus dilandasi dengan ilmu pengetahuan agar tidak terjerumus pada taklid, karena itu pula Allah SWT berfirman :
وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
“… Namun jadilah kalian hamba Robbani, terhadap apa yang telah kalian pelajari dari kitab Al-Quran dan dari apa yang telah kalian kaji”. (Ali Imran:79)
Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda:Allah telah berfirman: Semua amal kelakuan anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali puasa, maka itu melulu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Dan puasa, janganlah berkata keji atau beribut-ribut, dan kalau seorang mencaci-maki padanya,atau mengajak berkelahi maka hendaknya dikatakan padanya: Aku berpuasa. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa bagi Allah lebih harum dari bau misik (kasturi). Dan untuk orang puasa dua kali masa gembira,yaitu ketika akan berbuka puasa, dan ketika ia menghadap kepada Tuhan akan gembira benar, menerima pahala puasa (Bukhari, Muslim).
Rasulullah saw bersabda :
لَوْ تَعْلَمُ أُمَّتِي مَا فِي رَمَضَانَ مِنْ خَيْرٍ لَتَمَنَّوْا السَّنَةَ كُلِّهَا رَمَضَانَ
”Andaikan umatku mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus.” (HR. Ibnu Khuzaimah).
تُفَتَّحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغَلَّقُ أَبْوَابُ النَّارِ، وَيُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، وَيُنَادِي فِيهِ مُنَادٍ كُلَّ لَيْلَةٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ هَلُمَّ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ اقْتَصِرْ
“Bulan Ramadhan; di dalamnya pintu surga dibuka, pintu neraka di tutup dan syaitan-syaitan dibelenggu, di dalamnya pada setiap malamnya ada seruan; wahai para pencari kebaikan marilah kemari, dan wahai para pelaku kejahatan berhentilah”. (Thabrani)
“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”. (Ali Imran:8)....(Bersambung)
1 komentar:
joya shoes 770x0lwskk259 joyaskodanmark,joyaskonorge,joyaskorstockholm,joyacipo,zapatosjoya,joyaschoenen,scarpejoya,chaussuresjoya,joyaschuhewien,joyaschuhedeutschland joya shoes 336v8htvgf578
Posting Komentar