Mengenai Saya

Foto saya
Kesempurnaan itu hanya miik-Nya,sepanjang kita bisa meyakini dan mengartikan kesempurnaan itu dalam hati dan jiwa kita, itulah sebenarnya makna tertinggi kesempurnaan, kesempurnaan tidak lain adalah keikhlasan.

Contact Person

Sabtu, Mei 02, 2009

Kesempurnaan Ala Aristoteles

Suatu ketika Aristoteles menyuruh murid kesayangannya untuk mencarikan sebatang kayu yang bagus dihutan. Ujar Sang Guru, Carikan saya batang kayu yang terbaik dihutan sana. Kamu hanya boleh menebang satu batang kayu dan membawakannya untukku. Jangan pulang sebelum kamu mendapatkannya." Sang murid menyanggupi perintah Sang Guru, kemudian berangkatlah ia ke hutan. Begitu sampai dimuka hutan, sang murid mulai membayangkan kira-kira batang kayu yang bagus seperti apa.
Sang murid terus berjalan, sambil melihat-lihat batang kayu yang berdiri tegak dan rimbun daunnya. Setelah seperempat perjalanan, sang murid mulai tergoda dengan batang kayu yang menurutnya bagus dan seolah tidak ada satupun cacat pada batangnya. Tanpa pikir panjang ditebanglah kayu tersebut, karena menurutnya kayu tersebut merupakan yang terbaik yang ia jumpai. Dipanggulnya kayu tersebut untuk dibawa pulang sambil berjalan menelusuri hutan.
Semakin ke tengah, semakin jauh menelusuri hutan belantara, sang murid mulai terusik hatinya. Ia mulai bimbang dan menyesal, ternyata ditengah hutan masih ada batang kayu yang lebih baik, begitupun dipenghujung hutan malah terdapat batang kayu yang lebih baik dari yang pernah ia temukan sebelumnya.
Dengan rasa kecewa di hati dan perasaan takut akan amarah sang guru, pulanglah ia menghadap sang guru. Begitu mendapati batang kayu yang dibawa sang murid untuknya, sang guru berujar, kenapa batang kayu seperti ini yang kau bawakan untukku?Tidak ada batang kayu lainnya yang lebih baik kah? Sekarang kamu saya beri satu kesempatan lagi. Carikan saya sebatang ranting yang terbaik dihutan sana dan jangan pulang sebelum kamu mendapatakannya." Sang murid menganggukkan kepalanya pertanda ia menyetujui perintah Sang Guru, kemudian berangkatlah ia ke hutan belantara.
Sepanjang perjalanan ia memikirkan kata-kata Sang Guru, yaitu sebatang ranting yang terbaik dan ini merupakan kesempatan terakhir kalau tidak dapat pasti ia akan dihukum. Begitu sampai seperempat perjalanan didapatinya sebatang ranting yang sangat bagus. Tapi ia berpikir dan yakin bahwa ditengah hutan nanti pasti masih ada yang lebih baik. Berjalanlah ia menyusuri hutan, begitu sampaiditengah hutan, didapatinya beberapa batang ranting namun tak seindah yang ia temui di seperempat hutan tadi. Ia memutuskan terus ke penghujung hutan dan ternyata batang ranting yang ia temuka tak ada yang seindah dan sebaik yang ia temuka pertama kali. Namun karena perintah sang guru bahwa ia pulang harus membawa hasil, dipotonglah salah satu ranting tersebut dan dibawanya pulang.
Begitu menghadap sang guru, bukan pujian yang ia dapati tapi cercaan. Ujar sang guru, kenapa ranting seperti ini yangkau berikan kepadaku? Tidak ada ranting lain yang lebih baikkah di hutan sana?" Mendengar ucapan sang guru, sang murid tertunduk lesu dan berusaha memahami apa maksud di balik semua ini.
Lama sudah sang murid tertegun dan merenungkan pelajaran yang barusan ia dapatkan. Akhirnya ditengah keheningan ia mendapatkan jawabanya, ternyata makna di balik semua itu tiada lain bahwa kesempurnaan hanya milik Yang Kuasa. Manusia hanya bisa merasakan dan memilih mana yang terbaik menurutnya. Sepanjang kata hatinya meyakini bahwa itu yang terbaik, pertahankan dengan darah, karena kesempurnaan di dunia ini hanya bersifat reltif dan fana.
Edited by Rangga