Mengenai Saya

Foto saya
Kesempurnaan itu hanya miik-Nya,sepanjang kita bisa meyakini dan mengartikan kesempurnaan itu dalam hati dan jiwa kita, itulah sebenarnya makna tertinggi kesempurnaan, kesempurnaan tidak lain adalah keikhlasan.

Contact Person

Jumat, Juli 24, 2009

Manajemen Sakit Hati


Hampir setiap insan pernah mengalami sakit hati dalam hidup dan kehidupannya, baik dalam hubungan keluarga, pertemanan,hubungan profesionalisme pekerjaan, dan hubungan kemasyarakatan. Ibarat sebuah perasaan yang selalu melekat pada sifat alamiah manusia berupa sedih dan gembira, sakit hati merupakan sebuah kewajaran dalam hidup manusia. Hal ini tidak terlepas dari peranan dan peran serta manusia sebagai makhluk sosial yang selalu behubungan dengan orang lain.


Munculnya perasaan sakit hati bisa berasal dari masalah sepele hingga masalah yang besar, seperti berawal dari perbedaan pendapat atau pandangan, adanya konflik, iri hati akan prestasi orang lain, dengki akan kekayaan orang lain dan perbedaan kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Bila perasaan tersebut dipendam dalam hati terlalu lama, maka bisa menjadi tidak sehat hati itu. Pemiliknya bisa menjadi stres dan jauh dari keceriaaan. Lebih jauh lagi, hal itu bisa menjauhkan manusia dari Rabb-Nya.

Bagaimana manajemen sakit hati, agar tidak membuahkan dosa dan azab-Nya? Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan kiat-kiat tersendiri yang dapat menjadi penawar bila diamalkan dengan kesungguhan hati.Apakah itu?

Muhasabah (Koreksi Diri)
Sebelum kita menyalahkan orang lain, seharusnya kita melihat diri kita sendiri. Bisa jadi kita merasa tersakiti oleh saudara atau teman kita padahal ia tak bermaksud menyakiti. Coba bertanya pada diri sendiri, mengapa saudara atau teman kita sampai bersikap demikian, jangan-jangan kita sendiri yang telah membuat kesalahan. Diri kita merupakan cermin perilaku untuk melangkah lebih lanjut. Berkacalah pada diri kita sebelum kita menilai orang lain.


Menjauhkan diri dari sifat iri, dengki, dan ambisi

Iri, dengki, dan ambisi adalah beberapa celah yang menjadi pintu bagi syetan untuk memasuki hati manusia. Ambisi yang berlebihan, dapat membuat seseorang buta dan tuli terhadap jalan kebenaran. Jika tidak dilandasi dengan iman, sesorang yang ambisius cenderung akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan ambisinya.
Demikian pula sifat iri dan dengki. Sifat ini berasal dari kecintaan terhadap hal-hal yang bersifat materi, kehormatan, dan pujian. Manusia tak akan pernah bisa tenang bila dalam hatinya ada sifat ini. Manusia juga tidak akan pernah merasa puas dan bersyukur, karena selalu merasa kurang. Ia selalu memandang keatas, seolah tidak rela melihat orang lain memiliki kelebihan atas dirinya.

Rasulullah bersabda, "Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang, yaitu orang yang diberi harta oleh Allah kemudian memenangkannya atas kerakusannya dijalan yang benar. Dan orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian memutuskan persoalan dengannya, dan mengajarkannya" (HR. Al Bukhari).


Menjauhkan diri dari sifat amarah dan keras hati

Bila marah telah timbul dalam hati manusia, terkala manusia bertindak diluar kendali emosi jiwa dan akal pikiran sehatnya. Jika hati dan akal pikiran sudah dikuasai amarah maka yang ada hanya nafsu. Syetan akan semakin leluasa melancarkan serangan, lalu mempermainkan diri manusia. Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyebutkan bahwa Iblis pernah berkata,"jika manusia keras hati, maka kami bisa membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola".

Rasulullah telah mengajarkan jika kita sedang marah dalm keadaan berdiri maka duduklah, jika masih marah maka berbaringlah, jika masih marah berwudlulah dan jika masih marah maka sholatlah niscaya hilang amarahmu.


Menumbuhkan sifat pemaaf

"Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh" (Al Qur'an surat Al A'raf:199).

Allah Sang Khaliq saja Maha Pemaaf terhadap hamba-Nya. Tak peduli sebesar gunung dan seluas samudera kesalahan seorang hamba, jika ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan pintu maaf selebar-lebarnya. Kita sebagai manusia yang lemah, tidak sepantasnya sombong dan menyombongkan diri dengan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Kalau perlu, maafkanlah orang lain sebelum ia meminta maaf. Insya Allah, dengan begitu, hati akan terasa lebih tenang.

Rasulullah SAW bersabda," Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik" (HR. Hakim dan At-Tirmidzi).


Husnudhan (Berprasangka Baik)

Allah SWT berfirman," Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesunguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya (QS. Al Hujurat:12).


Menumbuhkan sikap ikhlas dan bersyukur

Ikhlas dan syukur adalah kata yang ringan untuk diucapkan,tetapi cukup berat untuk diamalkan. Orang yang ikhlas dapat meniatkan segala tindakannya karena Allah. Ia tak memiliki pamrih yang bersifat duniawi. Apabila Allah mengujinya dengan kenikmatan maka ia bersyukur,bila Allah mengujinya dengan kesusahan pun, ia bersabar. Ia selalu percaya bahwa Allah akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Orang yang ikhlas akan lebih mudah memanage kalbunya untuk selalu menyerahkan segalanya kepada Alah. Hanya kepada-Nyalah ia menggantungkan harapan.


Sumber; Majalah Nikah

Tidak ada komentar: