Mengenai Saya

Foto saya
Kesempurnaan itu hanya miik-Nya,sepanjang kita bisa meyakini dan mengartikan kesempurnaan itu dalam hati dan jiwa kita, itulah sebenarnya makna tertinggi kesempurnaan, kesempurnaan tidak lain adalah keikhlasan.

Contact Person

Selasa, Juli 21, 2009

Jalan Yang Ditempuh Para Rasul Dalam Menanamkan Aqidah


Para rasul Allah Subhanahu Wata'ala menyuruh umatnya supaya mengarahkan pandangan mereka ke kerajaan langit dan bumi, menggerakkan akal pikiran mereka supaya suka merenungkan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah, fitrahnya dibangunkan agar jiwanya dapat menerima tanaman dengan perasaan teguh lagi cocok dalam beragama serta mengajak mereka merasakan suatu alam lain yang ada di balik alam semesta yang dapat dilihat ini.

Rasulullah SAW dapat mengubah umat yang asal mulanya sebagai penyembah berhala dan patung, umat yang dahulunya melakukan syirik dan kufur menjadi umat yang beraqidah tauhid, mengesakan Tuhan Seru Sekalian Alam. Hati mereka dipompa dengan keimanan dan keyakinan. Sementara itu Rasulullah SAW dapat pula membentuk sahabat-sahabatnya menjadi pemimpin-pemimpin yang harus diikuti dalam hal perbaikan akal budi dan akhlak, bahkan menjadi pembimbing-pembimbing kebaikan dan keutamaan. Bahkan lebih dari itu lagi, karena Rasulullah SAW telah membentuk generasi dari umatnya sebagai suatu bangsa yang menjadi mulia, dengan adanya keimanan dalam dada mereka dan berpegang teguh pada hak dan kebenaran.

Allah Subhanahu Wata'ala membuat kesaksian sendiri pada generasi itu bahwa mereka itu benar-benar memperoleh ketinggian dan keistimewaan yang khusus, sebagaimana firmanNya dalam surat Ali Imran ayat 110, "...Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kebaikan mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah".

Diceritakan bahwa Haritsah berjalan melalui tempat Rasulullah SAW, lalu beliau SAW bertanya dengan sabdanya:

" Bagaimanakah engkau berpagi-pagi begini, hai Haritsah? Haritsah menjawab: Saya sebagai seorang mukmin yang sungguh-sungguh".
Rasulullah SAW bersabda lagi, " Pikirkanlah baik-baik apa yang kau katakan itu, sebab segala sesuatu itu pasti ada kenyataannya. Maka dari itu, apakah kenyataan keimananmu?"
Haritsah menjawab, " Jiwaku tidak memperhatikan lagi keduniaan. Waktu malam saya berjaga dan waktu siangnya saya haus (artinya malam bangun shalat dan siang berpuasa)".
Seolah-olah saya melihat 'arasy Tuhanku yang tampak jelas. Seolah-olah saya melihat para ahli surga saling ziarah-menziarahi dan seolah-olah saya melihat para ahli neraka sama berteriak-teriak di dalamnya".
Rasulullah SAW lalu bersabda," Engkau sudah benar-benar mengerti itu, hai Haritsah. Kalau begitu tetapilah". (Riwayat Thabrani).

Edited by Rangga, Sayid Sabiq, Aqidah Islam.

Tidak ada komentar: